Mendagri Inggris Mundur karena Skandal Imigrasi
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Inggris Amber Rudd mengundurkan diri pada Ahad (29/4) karena terlibat skandal imigrasi. Menurut surat pengunduran dirinya yang diperoleh CNN, ia mengaku secara tidak sengaja menyesatkan komite pemerintah mengenai kuota deportasi imigran.
Home Affairs Select Committee menanyai Rudd pekan lalu mengenai kuota deportasi generasi Windrush, kelompok besar pertama migran Karibia yang tiba di Inggris setelah Perang Dunia II. Rudd mengatakan kepada komite itu, dia tidak mengetahui tentang jumlah kuotanya.
Namun, pada Ahad (29/4), The Guardian menerbitkan sebuah memo yang ditulis Rudd, yang mengatakan kuota deportasi telah ditetapkan. "Sejak tampil di depan komite, saya telah mempertimbangkan saran yang diberikan kepada saya tentang masalah ini dan saya menyadari akan informasi yang diberikan kepada kantor saya yang menyebutkan tentang kuota. Saya seharusnya menyadari hal ini, dan saya bertanggung jawab penuh atas fakta saya ternyata tidak menyadarinya," kata Rudd dalam surat itu.
Perdana Menteri Inggris Theresa May kemudian menerima pengunduran diri Rudd. "Saya sangat menyesal menerimanya, tetapi saya memahami alasan Anda melakukannya," ujar May.
Pemerintahan May baru-baru ini mengatakan Kementerian Dalam Negeri telah menghancurkan dokumen imigran Karibia. Dengan demikian beberapa dari mereka dan anak-anak mereka akan menghadapi deportasi setelah puluhan tahun tinggal di Inggris karena mereka tidak memiliki dokumen yang jelas.
May meminta maaf kepada para pemimpin migran Karibia atas kekhawatiran yang disebabkan kehancuran dokumen itu. Hancurnya dokumen dilakukan saat May masih menjabat sebagai Mendagri di bawah pemerintahan sebelumnya. May menjabat sebagai Mendagri dari 2010 hingga 2016 di bawah kepemimpinan Perdana Menteri David Cameron.
Rudd juga meminta maaf dan mengatakan kepada House of Commons, Inggris akan memastikan kewarganegaraan bagi generasi Windrush. Generasi Windrush datang untuk melambangkan perubahan demografi seismik yang terjadi di Inggris pascaperang, ketika ratusan ribu orang datang ke Inggris dari wilayah bekas koloni Inggris, yang dikenal sebagai Persemakmuran.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Inggris telah berusaha bersikap keras terhadap imigrasi ilegal. Keturunan generasi Windrush sekarang berjuang membuktikan status kewarganegaraan yang sebelumnya telah mereka terima begitu saja.
Pengunduran diri Rudd dapat semakin melemahkan pemerintahan May. May tidak memiliki mayoritas di parlemen Inggris dan sedang berjuang melakukan negosiasi Brexit.
Beberapa pihak menyalahkan May atas pengunduran diri Rudd. "Saya melihat Amber Rudd menanggung akibat dari orang yang bertanggung jawab atas skandal ini - Theresa May," ujar Tom Watson, wakil pemimpin Partai Buruh.
Rudd diangkat sebagai Mendagri pada Juli 2016. Dia sebelumnya bertugas di pemerintahan sebagai menteri energi dan perubahan iklim. Rudd telah menjadi anggota Parlemen sejak 2010, meskipun ia memenangkan konstituensinya di Hastings dan Rye hanya dengan beberapa ratus suara pada 2017. (republika.co.id)
Home Affairs Select Committee menanyai Rudd pekan lalu mengenai kuota deportasi generasi Windrush, kelompok besar pertama migran Karibia yang tiba di Inggris setelah Perang Dunia II. Rudd mengatakan kepada komite itu, dia tidak mengetahui tentang jumlah kuotanya.
Namun, pada Ahad (29/4), The Guardian menerbitkan sebuah memo yang ditulis Rudd, yang mengatakan kuota deportasi telah ditetapkan. "Sejak tampil di depan komite, saya telah mempertimbangkan saran yang diberikan kepada saya tentang masalah ini dan saya menyadari akan informasi yang diberikan kepada kantor saya yang menyebutkan tentang kuota. Saya seharusnya menyadari hal ini, dan saya bertanggung jawab penuh atas fakta saya ternyata tidak menyadarinya," kata Rudd dalam surat itu.
Perdana Menteri Inggris Theresa May kemudian menerima pengunduran diri Rudd. "Saya sangat menyesal menerimanya, tetapi saya memahami alasan Anda melakukannya," ujar May.
Pemerintahan May baru-baru ini mengatakan Kementerian Dalam Negeri telah menghancurkan dokumen imigran Karibia. Dengan demikian beberapa dari mereka dan anak-anak mereka akan menghadapi deportasi setelah puluhan tahun tinggal di Inggris karena mereka tidak memiliki dokumen yang jelas.
May meminta maaf kepada para pemimpin migran Karibia atas kekhawatiran yang disebabkan kehancuran dokumen itu. Hancurnya dokumen dilakukan saat May masih menjabat sebagai Mendagri di bawah pemerintahan sebelumnya. May menjabat sebagai Mendagri dari 2010 hingga 2016 di bawah kepemimpinan Perdana Menteri David Cameron.
Rudd juga meminta maaf dan mengatakan kepada House of Commons, Inggris akan memastikan kewarganegaraan bagi generasi Windrush. Generasi Windrush datang untuk melambangkan perubahan demografi seismik yang terjadi di Inggris pascaperang, ketika ratusan ribu orang datang ke Inggris dari wilayah bekas koloni Inggris, yang dikenal sebagai Persemakmuran.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Inggris telah berusaha bersikap keras terhadap imigrasi ilegal. Keturunan generasi Windrush sekarang berjuang membuktikan status kewarganegaraan yang sebelumnya telah mereka terima begitu saja.
Pengunduran diri Rudd dapat semakin melemahkan pemerintahan May. May tidak memiliki mayoritas di parlemen Inggris dan sedang berjuang melakukan negosiasi Brexit.
Beberapa pihak menyalahkan May atas pengunduran diri Rudd. "Saya melihat Amber Rudd menanggung akibat dari orang yang bertanggung jawab atas skandal ini - Theresa May," ujar Tom Watson, wakil pemimpin Partai Buruh.
Rudd diangkat sebagai Mendagri pada Juli 2016. Dia sebelumnya bertugas di pemerintahan sebagai menteri energi dan perubahan iklim. Rudd telah menjadi anggota Parlemen sejak 2010, meskipun ia memenangkan konstituensinya di Hastings dan Rye hanya dengan beberapa ratus suara pada 2017. (republika.co.id)
0 Response to "Mendagri Inggris Mundur karena Skandal Imigrasi"
Posting Komentar