Hardiknas Kesempatan Lestarikan Budaya Asli Daerah
Pagelaran Tari Kolosal Prajuritan memeriahkan puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2018, tingkat Kabupaten Semarang. Pagelaran ini melibatkan tak kurang seribu siswa Sekolah Dasar (SD) dari 19 kecamatan se-Kabupaten Semarang.
Pagelaran tari kolosal ini dilaksanakan usai Upacara Hardiknas, yang dipusatkan di Stadion Wujil, Kompleks Gelanggang Olah Raga (GOR) Pandanaran, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Rabu (2/5). Kepala Seksi Kesenian dan Nilai-Nilai Budaya, Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora), Slamet Widada mengatakan, tari kolosal Prajuritan ini ditampilkan dalam puncak peringatan Hardiknas sebagai salah satu upaya melestarikan kebudayaan.
"Dalam hal ini tari prajuritan yang ditampilkan, sebagai salah satu kesenian khas asli Kabupaten Semarang," ujarnya di sela pelaksanaan peringatan Hardiknas.
Menurut Slamet, tari kolosal ini melibatkan ribuan siswa SD se-Kabupaten Semarang. Seluruhnya mengenakan aneka warna kostum prajurit era masa kerajaaan di tanah Jawa, dengan membawa perlengkapan seperti senjata (berupa pedang) serta perisai.
Mereka menari dengan iringan musik tradisional gamelan dengan iringan utama bende, saron, kendang serta alat musik tetabuhan lainnya. Pagelaran tari kolosal ini juga memperagakan gerakan- gerakan tari prajuritan yang dinamis dan rancak.
Ia juga menjelaskan, tari prajuritan ini menceritakan tentang prajurit Pangeran Samber Nyawa (Pangeran Mangkunegara I) yang mengawal proses dilangsungkan perjanjian Salatiga pada 1757. Secara spesifik, tari prajuritan ini mengisahkan saat para prajurit Samber Nyawa tersebut melakukan gladen (geladi bersih) untuk mengamankan perjanjian tersebut di daerah Getasan, yang kini menjadi salah satu kecamatan di wilayah Kabupaten Semarang.
Secara langsung tidak ada kaitanya dengan sejarah Kabupaten Semarang. Karena Kabupaten Semarang berdiri pada 15 Maret 1521. Namun ini merupakan upaya untuk melestarikan budaya.
Karena tari Prajuritan ini sudah menjadi tarian yang menjadi kesenian khas dari Kecamatan Getasan. Warga Getasan, melestarikan semangat dan perjuangan para prajurit Pangeran Samber Nyawa ini dengan menjadikannya tarian khas, ungkapnya.
Disdikbudpora Kabupaten Semarang, masih jelas Slamet, juga berupaya melestarikan tari Prajuritan ini melalui berbagai workshop tari prajuritan. Ke depan, tari ini diharapkan menjadi salah satu ektrakurikuler di masing- masing sekolah.
Selain itu juga bisa menjadi materi muatan lokal di sekolah dasar yang ada di kabupaten Semarang. Karena nilai- nilai sejarah yang dapat diambil dari semangat para prajurit pada era Pangeran Samber Nyawa ini, tandasnya.
Salah satu koreografer Pagelaran Tari Kolosal Prajuritan, Surinah (50) menambahkan, tarian prajuritan ini sudah menjadi salah satu ciri khas kesenian di Kabupaten Semarang.
Guru SDN Tempuran 01, Kecamatan Bringin ini juga menjelaskan, secara gerak, tarian ini menampilkan kemahiran pasukan Samber Nyawa dalam bertempur maupun dalam mengasah kemampuannya. Dulu pasukan Pangeran Samber Nyawa cukup disegani, karena kemampuan tersebut, jelasnya. (republika.co.id)
0 Response to "Hardiknas Kesempatan Lestarikan Budaya Asli Daerah"
Posting Komentar