Solusi untuk Anak yang Masih Mengompol
Anak yang banyak mengompol di siang atau malam hari perlu menjalani serangkaian pemeriksaan. Urinalisis, ultrasonografi (USG) ginjal dan kandung kemih, atau uroflowmetry terkadang diperlukan.
Menurut dr Dito Anurogo MSc, pemeriksaan biomarker copeptin penting sebagai dasar penegakan diagnosis mengompol di malam hari. Ia mengingatkan, foto rontgen dengan kontras merupakan pemeriksaan yang invasif dan menyakitkan anak sehingga tidak direkomendasikan.
"Konsultasikan dahulu dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan sesuai indikasi," ujarnya.
Mengompol memerlukan tatalaksana atau manajemen yang komprehensif dan holistik. Diperlukan kombinasi antara alarm therapy, terapi farmakologis, dan terapi perilaku.
Sejak tahun 1907, menurut Dito, Pfaundler telah merancang peralatan alarm pertama untuk mengatasi masalah mengompol di malam hari. Alarm ini dilakukan saat anak ingin berkemih. Agar efektif, sistem alarm ini hendaknya dilaksanakan secara rutin selama 3-4 bulan.
Menurut Canadian Paediatric Society (2005), sistem alarm yang dikondisikan merupakan terapi paling efektif. Namun, keberhasilan terapi ini dalam jangka panjang dialami kurang dari 50 persen anak-anak.
"Pilihan terapi atau medikamentosa dapat diberikan dengan resep dokter bila anak sudah lebih dari enam tahun dan tetap mengompol," ujarnya.
Di samping itu, Dito menjelaskan, beberapa terapi perilaku dapat rutin dilakukan selama enam bulan. Ia menganjurkan agar orang tua membiasakan anak untuk minum setidaknya 30 ml per kg berat badan.
"Anjurkan untuk buang air setidaknya setiap 2 jam sekali atau beberapa kali selama hari-hari masuk sekolah," kata duta literasi Sulawesi Selatan 2019 ini.
Dito menyerukan agar orang tua membiasakan anak untuk tidak menahan kencing. Selain itu, dorong anak untuk sering beraktivitas fisik.
"Jangan dibiasakan untuk duduk berlama-lama di depan televisi atau komputer," ungkapnya.
Dito mengatakan, bladder training exercises tidak direkomendasikan. Anak yang mengompol lebih sukar dibangunkan secara periodik.
"Oleh karena itu, direkomendasikan jam alarm untuk membangunkan setiap 2-3 jam tidur, lanjutkan alarm therapy ini hingga dua sampai tiga bulan," jelas dosen tetap Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah (FKIK Unismuh) Makassar ini.
Hukuman, hinaan, dan hardikan tidak perlu dilakukan orang tua. Dry bed training tampaknya juga efektif untuk mengatasi mengompol pada anak.
Terapi mengompol malam hari, diberikan setelah usia anak lima sampai enam tahun. Terapi perilaku yang bisa dilakukan antara lain ialah melatih dan membiasakan buang air dan minum secara teratur, dengan jam alarm, menanamkan sikap optimis.
Terapi mengompol siang hari, terutama pada anak dengan gangguan perhatian, menurut Dito, memerlukan dukungan dan edukasi orang tua, pemilihan sekolah yang tepat, dan farmakoterapi (antidepresan trisiklik) yang biasa diberikan oleh psikiater anak.
Mengompol dapat dicegah dengan beberapa strategi dan pendekatan. Orang tua perlu kooperatif dengan anak. Tidak dianjurkan untuk memarahi anak.
"Berikan hadiah (minimal pujian) bila anak berhasil "kering" atau tidak mengompol dalam satu malam," kata Dito.
Selain itu, Dito merekomendasikan agar orang tua membatasi asupan cairan, terutama kafein, dan makanan menjelang anak tidur. Disiplinkan anak untuk buang air dulu sebelum beristirahat atau tidur.
"Bila toilet jauh, maka orang tua perlu menyiapkan pispot (bejana kecil sebagai tempat kencing) di dekat tempat tidur anak," ucapnya. [rol]
0 Response to "Solusi untuk Anak yang Masih Mengompol"
Posting Komentar