Sastrawan Gelar Diskusi "Steemit dan Sastra"
Para pegiat sastra yang tergabung dalam Komunitas Steemit Indonesia (KSI) Chapter Jakarta bersama Komunitas Steemit Budaya mengadakan diskusi bertema "Sastra dan Steemit" di Pamulang, Tangerang, Selatan, Banten, Sabtu (5/5), pukul 16.00-18.00. Acara digelar di Kafe Roti Bakar 88, Pertokoan Pamulang Permai I Blok SH 6 No. 2, seberang Universitas Pamulang (Unpam).
"Kita berdiskusi santai sambil ngopi dengan bersama sejumlah sastrawan yang sudah terlebih dulu menggunakan Steemit," ujar Mustafa Ismail, salah satu penggagas acara. Mereka adalah Ahmadun Yosi Herfanda @ahmadunyh, Mustafa Ismail @musismail, Iwan Kurniawan @blogiwank, Willy Ana @willyana dan Pilo Poly @apilopoly. Acara ini gratis dan terbuka untuk umum. "Untuk minuman dan makanan kita bayar masing-masing,” kata Mustafa Ismail melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (5/5).
Selain diskusi, acara akan diwarnai oleh pembacaan puisi sejumlah penyair dan pegiat sastra, antara lain Iman Sembada, Mahrus Prihany, Zaim Rofiqi, Zainal Radar T, dan Andy Firdaus.
Steemit adalah media sosial berbasis blockhain. Ia mirip Facebook, Twitter, IG dan media sosial lainnya. Bedanya, setiap konten yang berupa tulisan, foto, video, rekaman lagu, dan lain-lain yang diposting di Steemit akan mendapatkan apresiasi berupa reward dalam bentuk uang digital (crypto currency). Uang kripto ini bisa ditukarkan ke rupiah melalui pasar uang digital.
"Memang nilai rewardnya kecil, apalagi bagi kita yang baru bergabung. Tapi itu lebih baik dari pada kita ngeblog atau memposting konten di media sosial lain tidak mendapatkan apa-apa," ujar Pilo Poly, ketua KSI Chapter Jakarta.
Namun, pemilik akun @apilopoly ini menambahkan, ada hal lain yang menarik di Steemit selain reward, yakni keakraban berkomunitas. “Dari komunitaslah kita akan terjalin jejaring yang akhirnya saling memberi like pada postingan masing-masing,” tuturnya.
Iwan Kurniawan menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi nilai reward. “Pertama jumlah like (vote) terhadap konten kita berupa tulisan, foto, video, gambar, rekaman lagu, dan lain-lain,” ujarnya.
Kedua, berdasarkan kekuatan Steem Power pengguna lain yang memberi vote. "Makin besar Steem Power orang yang memberi like atau vote terhadap tulisan kita makin tinggi nilainya," tutur pemilik akun @blogiwank.
Willy Ana menambahkan bahwa para penulis dan pegiat sastra yang baru bergabung di Steemit jangan dulu berfokus pada pendapatan atau reward. "Untuk mendapatkan hasil yang bagus tentu membutuhkan proses. Tidak instan. Maka mari nikmati proses itu. Terpenting kita terus memposting konten yang berkualitas," ujar penulis buku puisi "Tabot: Aku Bengkulu" ini.
Sementara itu, sastrawan Ahmadun Yosi Herfanda mendorong para penulis dan pegiat sastra yang menulis di Steemit untuk tetap menghasilkan karya-karya bagus. "Jangan asal posting. Jika asal posting itu akan merusak nama kita sendiri. Maka itu kualitas karya harus tetap terjaga," ujar dosen creative writing di sebuah universitas swasta ternama ini.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang Steemit dan kaitannya dengan sastra bisa hadir langsung di acara tersebut. “Selain membahas bagaimana Steemit digunakan sebagai ruang alternatif memplublikasikan karya-karya sastra, mereka juga akan menjelaskan bagaimana cara kerja Steemit, mulai bikin akun, dapat reward, sampai cara menguangkan reward itu ke dalam rupiah,” kata Willy Ana. (republika.co.id)
0 Response to "Sastrawan Gelar Diskusi "Steemit dan Sastra""
Posting Komentar