Keikhlasan Hati Sahabat Nabi SAW, Hamnah binti Jahsy
Berbeda dengan Perang Badar, Perang Uhud berakhir duka. Pasukan Islam kalah. Rasulullah SAW mengalami cedera, terluka cukup parah. Tak sedikit sahabat beliau yang gugur syahid.
Menurut sejumlah riwayat, dari sembilan sahabat Nabi Muhammad SAW yang utama, tujuh orang gugur sebagai syuhada. Dalam riwayat Bukhari disebutkan, yang tersisa hanya Talhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqash.
Peristiwa Uhud menyisakan kepedihan tersendiri di hati Hamnah binti Jahsy. Konon, sesampainya Rasulullah SAW di Madinah, para keluarga berdatangan untuk mengetahui nasib saudara-saudaranya yang ikut berperang. Tampak Hamnah menemui Rasulullah. Nabi SAW berkata, “Wahai Hamnah, harapkanlah pahala bagi saudaramu, Abdullah bin Jahsy.”
Mendapat kabar duka tersebut, Hamnah mengucapkan, “Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’un.”
Jasad Abdullah ditemukan dengan bagian tubuh yang tak utuh. Rasul SAW kemudian berkata lagi, “Wahai Hamnah, harapkanlah pahala bagi pamanmu, Hamzah bin ‘Abdil Muththalib.”
Hamnah kembali memanjatkan doa, kali ini untuk pamannya. Tidak berbeda dengan saudaranya, kondisi jenazah Hamzah saat ditemukan sangat mengenaskan, tubuhnya tercabik-cabik.
Lalu, Rasulullah kembali berkata pada Hamnah, “Wahai Hamnah, harapkanlah pahala bagi suamimu, Mush’ab bin Umair.”
Kali ini Hamnah tidak dapat menahan kepedihan hatinya. Sang suami gugur sebagai syahid di medang perang. Terbayang putrinya kini menjadi yatim. Ketika ditemukan, kondisi jenazah suaminya lebih mengenaskan, kedua tangannya dipotong.
Sebagai pembawa bendera perang, Mush’ab bin Umair menggenggam panji-panji amanat itu di tangan kanan. Ketika perang berkecamuk, tangan kanannya terpotong, bendera dialihkan ke tangan kiri. Ketika musuh menyabet tangan kiri, ia berlutut dan menjepit bendera dengan dada dan dagunya.
Ia tetap dalam posisi itu hingga ditemukan jenazahnya. Diriwayatkan, Mush’ab secara fisik mirip dengan Nabi Muhammad SAW. Kafir Quraisy sempat mengira jasad itu ialah Rasulullah SAW. Spontan, mereka mengumumkan meninggalnya Rasulullah. Hal ini sempat membuat kendur semangat berperang kaum Muslimin saat itu.
Keimananlah yang membuat Hamnah ikhlas melepaskan orang-orang yang dicintai. Mereka meninggal dalam waktu bersamaan. Ia memahami bahwa anggota badan yang hilang dan tubuh yang tercabik nanti akan menjadi saksi kesungguhan iman dari suami, saudara, serta paman di hadapan Allah SWT kelak.
Keyakinan dan keikhlasan Hamnah merupakan jalan bagi perempuan yang ingin menjadi pilihan Allah.
Sumber : Pusat Data Republika
0 Response to "Keikhlasan Hati Sahabat Nabi SAW, Hamnah binti Jahsy"
Posting Komentar